Kemarin tanggal 15 Desember 2012
aku sama Syifa ngunjungi Syamsi Duha Foundation di jalan Juanda, Dago. Aku
kenal yayasan ini dari teh Acong yang
juga sebagai pendamping beberapa penderita lupus (Odapus) disana. Awalnya cuman
pengen ambil data awal untuk mata kuliah psikologi Kebencanaan, tapi ternyata
aku dapet hal lebih.
Jam 10, aku, Syifa, teh Acong
masuk ke ruangan, eh ternyata lagi ada acara sharing-sharing dari salah satu volunteer
di sana. Sayangnya kita ngga ngikutin dari awal, ternyata dia anak ITB 2010
yang dapet beasiswa buat ikutan lomba robot disana. Subhanallah. Awalnya , dia
ngga dibiayain kampus untuk ikut lomba di Jepang, tapi dia dan teman-temannya
terus ikhtiar sampe utang sana-sini yang
akhirnya bisa juga sampai sana. Di sana pun mereka dapat penghargaan looh (tapi
lupa penghargaan apa -,-). Subhanallah.
Sesampainya di Indonesia, dia dihubungi dosennya untuk menghadap dan ternyataaa
mereka mendapatkan biaya melebihi
dariapa yang diharapkan. Subhanallah. Di
akhir sharing dia bilang usaha aja semaksimal apa yagn kamu bisa, apa yang kamu
punya, apa yang kamu ngga bisa serahin aja ke Allah. Inspiratif :)
Dilanjutin oleh tafakur (jadi
ikut tafakuran deh kita, Alhamdulillah ngecharge diri) :) Temanya itu rational actor yang terjemahan bebasnya
manusia yang menggunakan akalnya untuk berpikir. Berpikir mengenai apa? Berpikir
mengenai hukum alam yang sudah ditetapkan Allah SWT. Hukum itu sifatnya pasti.
Adanya siang dan malam, matahari terbit dari timur ke barat, api itu panas, es
itu dingin. Semuanya pasti kan? Allah udah mengaturnya. Tugas kita apa? Ya mengikuti
hukumnya. Kalo ngga ngikutin hukumnya? Ya bayangin aja sendiri hahaha gimana
susahnya ntar hidup kita.
Itu hukum yang sudah jelas dan dipelajari di
ilmu fisika (ilmu yang terlihat). Nah kalo ilmu gaib (ilmu metafisika),
sifatnya pasti atau ngga pasti? Ya pasti lah. Setiap hukum itu pasti. Tapi kadang-kadang
manusia ngga mau nurut dengan hukum yang maya ini. Kata Allah kalo kita
banyak-banyak bersyukur, maka makan ditambah lagi rejekinya. Itu hukum pasti.
Tapi, ngga semua orang mau mengikuti hukumnya. Jangankan mengikuti, yakin aja
belum tentu. Kenapa? Karena ngga terlihat oleh kasat mata kayak ilmu fisika. Nah, di sini yang dibutuhkan hanya keyakinan.
Keyakinan bahwa Allah emang mengaturnya dan kita harus mengikuti apa yang
diatur. Yuk mari :) Jadilah
rational actor, yang sadar, paham, dan mengikuti sunatullah.
Jiwa yang resah adalah jiwa yang
melawan sunatullah. Ya iyalah, kalo misalnya ditimpa musibah apa reaksi umum
manusia? Denial-anger- bargaining-depresi-acceptance? Boleh koo denial dengan marah dan ga nerima
kenyataan, itu wajar. Tapi jangan kelamaan juga penolakannya. Ketika ditimpa
musibah, bersabarah. Jangan melawan sunatullah. Orang yang sabar ialah
orang-orang yang beruntung dan mulia di sisi Allah. Dan yakinlah everything
happens for a reason, apalagi musibah. Pasti ada sesuatu yang ingin dikatakanNya
dan Allah rindu dengan doa-doa yang
diucapkan, rindu dengan curhatan-curhatannya, rindu dengan
perimintaa-permintaannya. Subhanallah.
Hmm moment yang paling sedih, ada
mahasiswa yang jauh-jauh dari Malang. Dia mahasiswa Brawijaya Fakultas Hukum,
namanya Ari. Ari udah divonis dokter menderita glukoma sejak Agustus. Berarti
sampe sekarang, dia udah menderita glukoma 4 bulan. Awalnya dia sedih berat,
ngga mau kuliah, dan sebagainya. Dia ngalamin itu hanya 2 minggu. 2 minggu dia sedih-sedihan dan menolak realita. Setelah
itu apa ayng dilakukan? Dia ngga terpuruk, dia nyari berbagai informasi tentang penyakitnya, berobat ke 4 dokter dan
sampai sekarang masih nyari dokter yang bisa nyembuhin penyakitnya. Dia juga
dikasih tau informasi tentang Syamsi duha yang akhirnya kemarin bisa ikutan
sharing dengan kita. Fyi, dia ke Bandung naik bus sendiri :’(
Sedih sedih banget. Aku pengen nangis
saat itu juga. Saya mahasiswa yang banyak tugas aja udah ngeluh capek capek
kayak apa. Nah dia, penglihatannya tiba-tiba putih, ga bisa ngelihat lagi dengan
jelas. Aktivitasnya terhambat, cita-citanya mungkin juga terhambat, tapi semangatnya
luar biasa :’)
Di balik keterbatasannya, ngga
membatasi langkah dia untuk terus berikhtiar dan bertawakal. Sedih. Tapi juga
bersyukur dengan apa yang masih aku punya sekarang. Dan sekarang ngga mau lagi
deh ngeluh sama masalah kecil. Malu. Malu sama Allah.
Kadang kita sedih, kecewa,
terluka. Tapi jauh di atas segalanya, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang
terbaik untuk kita :)
Semangaaat Ari, Rina, odapus, dan
Lovis lainnya. Aku doain semoga kalian bisa jadi motivator penderita lainnya. InsyaAllah.
Terima kasih atas inspirasinya :)