Sabtu, 15 Desember 2012

Poet from Tere Liye



Saya tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan 7 hari dalam seminggu. Tapi sepertinya agar kita bisa 7 kali dalam seminggu berterimakasih atas semuanya.

Saya tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan 24 jam dalam sehari. Tapi nampaknya agar kita bisa 24 kali dalam sehari bersyukur atas segalanya.

Saya tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan 60 menit dalam sejam. Tapi rupanya agar kita 

bisa 60 kali dalam semenit menghela nafas penuh kelapangan untuk apa saja.


Saya sungguh tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan 60 detik dalam semenit. Tapi duhai, boleh jadi, agar kita berkali-kali, berkali-kali, mensyukuri kehidupan ini. Terima kasih telah dilahirkan. Terima kasih atas apa yg ada pada kita. Terima kasih.

Segala puji bagi Allah, wahai Tuhan semesta alam.
 



-Tere Liye-

a moment to be grateful


Kemarin tanggal 15 Desember 2012 aku sama Syifa ngunjungi Syamsi Duha Foundation di jalan Juanda, Dago. Aku kenal  yayasan ini dari teh Acong yang juga sebagai pendamping beberapa penderita lupus (Odapus) disana. Awalnya cuman pengen ambil data awal untuk mata kuliah psikologi Kebencanaan, tapi ternyata aku dapet hal lebih.

Jam 10, aku, Syifa, teh Acong masuk ke ruangan, eh ternyata lagi ada acara sharing-sharing dari salah satu volunteer di sana. Sayangnya kita ngga ngikutin dari awal, ternyata dia anak ITB 2010 yang dapet beasiswa buat ikutan lomba robot disana. Subhanallah. Awalnya , dia ngga dibiayain kampus untuk ikut lomba di Jepang, tapi dia dan teman-temannya terus ikhtiar  sampe utang sana-sini yang akhirnya bisa juga sampai sana. Di sana pun mereka dapat penghargaan looh (tapi lupa penghargaan apa -,-). Subhanallah. Sesampainya di Indonesia, dia dihubungi dosennya untuk menghadap dan ternyataaa  mereka mendapatkan biaya melebihi dariapa yang diharapkan. Subhanallah.  Di akhir sharing dia bilang usaha aja semaksimal apa yagn kamu bisa, apa yang kamu punya, apa yang kamu ngga bisa serahin aja ke Allah. Inspiratif :)

Dilanjutin oleh tafakur (jadi ikut tafakuran deh kita, Alhamdulillah ngecharge diri) :)  Temanya itu rational actor yang terjemahan bebasnya manusia yang menggunakan akalnya untuk berpikir. Berpikir mengenai apa? Berpikir mengenai hukum alam yang sudah ditetapkan Allah SWT. Hukum itu sifatnya pasti. Adanya siang dan malam, matahari terbit dari timur ke barat, api itu panas, es itu dingin. Semuanya pasti kan? Allah udah mengaturnya. Tugas kita apa? Ya mengikuti hukumnya. Kalo ngga ngikutin hukumnya? Ya bayangin aja sendiri hahaha gimana susahnya ntar hidup kita.

Itu hukum yang sudah jelas dan dipelajari di ilmu fisika (ilmu yang terlihat). Nah kalo ilmu gaib (ilmu metafisika), sifatnya pasti atau ngga pasti? Ya pasti lah. Setiap hukum itu pasti. Tapi kadang-kadang manusia ngga mau nurut dengan hukum yang maya ini. Kata Allah kalo kita banyak-banyak bersyukur, maka makan ditambah lagi rejekinya. Itu hukum pasti. Tapi, ngga semua orang mau mengikuti hukumnya. Jangankan mengikuti, yakin aja belum tentu. Kenapa? Karena ngga terlihat oleh kasat mata kayak ilmu fisika. Nah, di sini yang dibutuhkan hanya keyakinan. Keyakinan bahwa Allah emang mengaturnya dan kita harus mengikuti apa yang diatur. Yuk mari :)  Jadilah rational actor, yang sadar, paham, dan mengikuti sunatullah.

Jiwa yang resah adalah jiwa yang melawan sunatullah. Ya iyalah, kalo misalnya ditimpa musibah apa reaksi umum manusia? Denial-anger- bargaining-depresi-acceptance?  Boleh koo denial dengan marah dan ga nerima kenyataan, itu wajar. Tapi jangan kelamaan juga penolakannya. Ketika ditimpa musibah, bersabarah. Jangan melawan sunatullah. Orang yang sabar ialah orang-orang yang beruntung dan mulia di sisi Allah. Dan yakinlah everything happens for a reason, apalagi musibah. Pasti ada sesuatu yang ingin dikatakanNya dan Allah rindu dengan doa-doa  yang diucapkan, rindu dengan curhatan-curhatannya, rindu dengan perimintaa-permintaannya. Subhanallah.

Hmm moment yang paling sedih, ada mahasiswa yang jauh-jauh dari Malang. Dia mahasiswa Brawijaya Fakultas Hukum, namanya Ari. Ari udah divonis dokter menderita glukoma sejak Agustus. Berarti sampe sekarang, dia udah menderita glukoma 4 bulan. Awalnya dia sedih berat, ngga mau kuliah, dan sebagainya. Dia ngalamin itu hanya 2 minggu. 2 minggu  dia sedih-sedihan dan menolak realita. Setelah itu apa ayng dilakukan? Dia ngga terpuruk, dia nyari berbagai informasi  tentang penyakitnya, berobat ke 4 dokter dan sampai sekarang masih nyari dokter yang bisa nyembuhin penyakitnya. Dia juga dikasih tau informasi tentang Syamsi duha yang akhirnya kemarin bisa ikutan sharing dengan kita. Fyi, dia ke Bandung naik bus sendiri :’(

Sedih sedih banget. Aku pengen nangis saat itu juga. Saya mahasiswa yang banyak tugas aja udah ngeluh capek capek kayak apa. Nah dia, penglihatannya tiba-tiba putih, ga bisa ngelihat lagi dengan jelas. Aktivitasnya terhambat, cita-citanya mungkin juga terhambat, tapi semangatnya luar biasa :’)

Di balik keterbatasannya, ngga membatasi langkah dia untuk terus berikhtiar dan bertawakal. Sedih. Tapi juga bersyukur dengan apa yang masih aku punya sekarang. Dan sekarang ngga mau lagi deh ngeluh sama masalah kecil. Malu.  Malu sama Allah.


Kadang kita sedih, kecewa, terluka. Tapi jauh di atas segalanya, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang terbaik untuk kita :)
Semangaaat Ari, Rina, odapus, dan Lovis lainnya. Aku doain semoga kalian bisa jadi motivator  penderita lainnya. InsyaAllah.
Terima kasih atas inspirasinya :)







 
layout made by rindikhoirusiffa - Paper Templates